Hal-hal yang harus dipersiapkan untuk tinggal di Eropa (Austria) pertama kalinya

Ga ada terlintas dalam pikiran untuk tinggal di negeri orang, jauh di belahan bumi utara. Tapi saat ‘tulang rusuk‘ nun jauh di sana Benua Biru Eropa datang melamar dengan setulus hati hendak menjadikanku bagian dari hidupnya yang halal, MasyaAllah alhamdulillah.. kenapa tidak.. Rezeki jangan ditolak. Rezeki di sini adalah akhirnya menikah dengan orang yang terlahir untuk kita. Alhamdulillah, satu dari 7 milyar lebih manusia di muka bumi ini halal untukku

Maka dimana pun belahan jiwa kan membawa, meski ke ujung dunia, aku harus ikut. Begitu kan kalo pemirsa yang mengalami? 😊

Ternyata, ada banyak warga negara Indonesia yang menikah dan tinggal di luar negeri bersama pasangan hidupnya ya.. atau yang bekerja, kuliah dan sekolah. Aku ga sendiri. Belajar dari mereka atau pun pengalaman pribadi, di sini ada beberapa hal yang harus dipersiapkan kalo berencana menetap di luar negeri (baca: Eropa) untuk pertama kalinya, terutama untuk emak-emak pengantin baru sepertiku ya (saat itu)

Yuk pemirsa kita simak bersama-sama hal-hal apa saja yang haru dipersiapkan baik jiwa mau pun raga untuk tinggal di luar negeri seperti Eropa termasuk Austria untuk pertama kalinya

Jalan kaki dan bersepeda

Orang Eropa itu (baca: Austria) sangat suka jalan kaki dan bersepeda. Ini bagi kita orang Indonesia ibarat olahraga, kalo ga dikatakan berat ringan-ringan manjaah.. apalagi sekelasku yang jarang banget olahraga. Paling banter itu bersih-bersih rumah, keluar keringat aja dah dianggap olahraga 🙂

Aku pertama kali diajak suami jalan-jalan ke kota Linz di Austria juga mengira jalan-jalannya sambil tetap di mobil gitu (maunya emak-emak tropis 😊) Aaih ternyata diajak jalan kaki dari pusat kota melewati dua taman kemudian mengitari alun-alun hingga ke jembatan Nibelungen. Lumayan kalo dikalkulasi 2 km lebih. Kaget diriku.. kapok ga mau lagi awalnya kalo musti jalan kaki begini. Untung aja pemandangan sekitar sangat indah, asri segar alami membeningkan mata menyejukkan jiwa sehingga kaki yang awalnya berat menjadi ringan melangkah 😊

Ternyata memang jalan kaki dan olahraga dah menjadi kebiasaan orang Eropa termasuk Austria. Bahkan beberapa tempat wisata dan beberapa ruas jalan dan taman sengaja dibuat untuk memudahkan aktivitas jalan kaki warga. Di sini, ga tua ga muda bersepeda juga adalah hal yang lumrah. Jangan heran kalo lihat orang tua sepuh siang bolong bersepeda menelusuri pusat kota atau emak-emak dan bapak-bapak berolahraga dengan bersepeda menelusuri kota hingga masuk ke kereta api terus lanjut menelusuri kampung-kampung. Wah..wah..

Nah jadi pemirsa jangan heran kalo suatu saat ke Eropa mendapati kebiasaan olahraga murah meriah orang Eropa ini. Kalo bisa harus kuat juga jalan kaki dan olahraga ya 😊 Ini suatu kebiasaan yang bagus, menyehatkan dan patut dicontoh

Bahasa

Bahasa merupakan hal yang penting di Eropa. Di Austria, bahasa resminya adalah bahasa Jerman. Sedikit yang bisa berbahasa Inggris, biasanya di kalangan anak muda dan pekerja ruang publik seperti dokter. Untuk kalangan orang tua sepuh,  lebih nyaman menggunakan bahasa sendiri bahasa Jerman gaya Austria

Ga bisa kita hanya mengandalkan bahasa baku bahasa Inggris nomor satu sedunia karena apa-apa di sini menggunakan bahasa sendiri bahasa tuan rumah yang terdepan. Mau di ruang publik, mau di dunia maya seperti internet sama saja. Jadi alangkah ribetnya musti meminta bantuan mbah google selalu buat menerjemahkannya yang kadangkala ga nyambung ya..

Nah, bagi kita yang berencana menetap di Erope terutama di Jerman dan Austria karena mengikuti suami warga negara Jerman atau Austria ataupun mau bekerja ataupun kuliah, bahasa Jerman wajib bisa. Kemampuan bahasa ini diakui melalui selembar dokumen yang bernama Sertifikat Kemampuan Bahasa Jerman yang dikeluarkan oleh Goethe Institute

Bisa masak

Bagi pengantin baru yang pertama kali hidup di luar negeri di Eropa (baca: Austria), apalagi yang berasal dari kampung, bisa masak suatu keharusan, meski hanya masak nasi dan sayur bening. Kita ga bisa selalu mengandalkan masakan bule yang ga jauh dari daging panggang dan roti, apalagi jajanannya juga yang ga jauh-jauh dari fast food sebangsa hamburger dan kawan-kawan

Percayalah padaku, jajanan di sini minimalis banget. Jangan harap menemukan bakso, soto, sate, bakmi, mie ayam, tekwan, pempek menmanggil-mmanggil lewat mas atau mbak jualan seperti di tanah air, kita tinggal meluncur aja dan menyiapkan wadah.. Waduh.. kemana kan mencari kalo pengen melanda bak emak-emak ngidam ga bisa dipendam ya😊

Jadi, jalan satu-satunya adalah bisa masak untuk menuntaskan kangen ini. Masak adalah suatu keharusan, apalagi kalo kita perempuan yang fitrahnya memang memasak ya. Ga ada kata terlambat untuk belajar memasak. Jaman sekarang canggih, ada hp tinggal buka internet, tanya mbah google atau masuk ke grup memasak. Mustahil perempuan yang naluri keemakannya tinggi dan fitrahnya adalah memasak, ga bisa memasak, perempuan malas itu 😊

Sekali-sekali manjakan lidah dengan masakan tanah air yang paling enak seantero jagad, dunia pun mengakuinya. Jangan heran Belanda menjajah Indonesia lebih dari tiga abad hanya demi bumbu-bumbu rempah spektakuler yang mengguncang dunia ini

Meski keterbatasan bahan, bukan alasan untuk tidak memasak. Memasak sendiri merupakan kenikmatan yang tiada duanya. Meski kadang kurang nendang rasanya, tapi kalo masakan sendiri itu penghargaannya luar biasa, hingga ga ada yang terbuang sia-sia

Bisa bercocok tanam

Masih soal urusan perut yang ga bisa jauh dari kehidupan seorang warga negara tropis yang hidup di negara subtropis ini dan kaitannya dengan bisa bercocok tanam. Bagaimana kalo yang terlintas di hati adalah mie ayam sayur sawi atau tumis kangkung dan sayur bening.. Atau sambel terasi yang pedasnya nampol berkat cabe boyongan dari tanah air? Bagaimana cara menuntaskan hasrat ini biar ga menjadi rindu terpendam dan siap meledak kapan saja? Tau kan mak, rindu itu berat ☹

Nah salah satunya adalah bercocok tanam. Ga mudah untuk sayuran tropis bisa masuk ke supermarket Austria tulen ini kalo ga si sayur memang cukup populer di kalangan bule. Jangan mimpi ketemu kangkung dan bayam khas tanah air yang memang langka di Austria ini. Salah alamat kalo nyarinya di supermarket. Silakan meluncur ke toko Asia yang menjajakan produk-produk Asia, jika memang ada alhamdulillah, jika memang ga ada bisa rekomendasi ke tuannya minta dihadirkan kangkung, bayam dan kawan-kawan di tokonya 😊

Menanam sayuran tropis di tanah bule ternyata ga sesulit dibayangkan lho. Mereka bisa juga beradaptasi dengan suasana Eropa, dari tanah hingga cuacanya. Dengan syarat, ada sinar matahari ya.. namanya juga tanaman tropis yang tumbuh subur dan optimal berkat sinar matahari yang berlimpah untuk proses fotosintesis

Ga perlu tanaman yang ribet dan cerewat tumbuh dan dipelihara dimari. Cukup yang sederhana, murah meriah tapi berlimpah nutrisi. Contohnya kangkung, bayam dan sawi, begitu juga cabe. Cukup ditabur di pot-pot dengan tanah dari halaman rumah atau beli tanah di toko bunga, hanya berselang seminggu mereka sudah bisa tumbuh, sebulan sudah bisa dipanen. Untuk cabe, tiga bulan berselang sudah mulai berputik, berbunga dan kemudian berbuah. Mau cabe muda tinggal petik, kalo mau merahan dikit bisa sabar menanti beberapa minggu. Hanya perlu rutin disiram jangan sampai kekeringan dan yang pasti juga matahari bersinar menyinari bumi termasuk tanaman-tanaman ini 😊

Cukup mudah bukan pemirsa? Kalo pengen masak mie ayam sayur sawi, cus ke kebun kecil, petik sawi secukupnya. Begitu juga sayur bening, cah kangkung atau pengen nyambel

Ga perlu apa-apa mengandalkan toko Asia, ke toko Asia harap-harap cemas si dia hadir ga ya.. atau sedikit kecewa kalo yang dibutuhkan ga ada. Apalagi kalo pemirsa yang bermukim jauh dari kota, seperti aku ini untuk ke toko Asia, minimal 20 menit bermobil dari rumah

Bisa beradaptasi dengan makanan bule

Biar bagaimanapun berlaku pepatah, dimana bumi berpijak, di situ langit dijunjung. Jadi buat pemirsa yang biasa hidup di negara tropis suatu saat dengan berbagai ragam cara mengharuskan tinggal di Eropa termasuk Austria, harus bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri, tapi tetap berpegang pada adat ketimuran ya.

Misalkan nih soal makan. Biar bagaimanapun, kita tinggal di Eropa yang notabene ga jauh-jauh dari keju dan roti. Ga mungkin juga kita setiap hari ke restoran Asia atau memasak apalagi di saat kita sedang bepergian alias tidak ada di rumah ya. Makanan paling cepat dan populer tentu saja roti dan keju. Begitu juga untuk pemirsa termasuk aku yang memiliki pasangan hidup warga Eropa, ga mungkin juga kita menghindari ini kan.. Sekali-sekali ada dong saat menikmati bersama makanan kesukaan belahan jiwa, biar nambah lengket cintanya.. Jadi jangan alergi dengan kedua penganan bule ini ya 😊

Jaga pandangan

Adalah hal yang lumrah di Eropa melihat pemandangan seperti di sinetron-sinetron dan film-film, seperti warganya yang memang setingkat lebih tampan atau cantik, hidung lancip, tinggi besar, putih mulus dibanding warga Timur.

Cantik dan tampan seperti artis bertaburan di sini, maka jangan mentang-mentang melihat yang bening-bening begini secara alam bawah sadar memandang ga berkesudahan ya.. atau histeris serasa berjumpa dengan artis kesayangan, langsung pasang aksi potret mereka sana sini. Hei.. ini negeri orang.. tahan.. jangan lakukan ya. Mereka juga punya privasi

Begtu juga gaya hidupnya termasuk cara berpakaian, tato sana sini, tindik sana sini, cipika sana sini dan seabrek tingkah laku laku lainnya yang buat warga Timur yang kebetulan melihatnya mangap ga berkesudahan..

Aku aja ga terhitung berapa kali ‘ngucap‘ dan bertanya selalu ke suami selaku nara sumber terdekat tepercaya. Suami begitu sabar menjelaskan kepadaku yang saat itu baru pertama kali ini melihat dunia luar secara nyata, jauh lagi dari bumi khatulistiwa ke belahan bumi utara 😊 Saking sabarnya, jarang banget dulunya aku dibawa ke ruang publik semisal tempat wisata di musim panas di mana warga ramai-ramai mengenakan pakaian minimalis efek panas membara dan bebas merdeka dari musim dingin kemarin, demi menjaga pandangan

Maklum ya.. kadangkala emak-emak sepertiku ini sulit menerima pemandangan ini yang bagi mereka memang sudah menjadi budaya berabad-abad lamanya.

Ini emak-emak lho, apalagi yang sedang mekar-mekarnya seperti anak tanggung atau anak kuliahan melihat yang begini ya..

Nah itu dia aku bilang, lagi-lagi harus bisa menyesuaikan diri dimanapun berada. Ini Eropa, bagi mereka ini adalah budaya mereka dan adalah hal yang lumrah. Kita bisa apa.. kecuali kalo hal ini terjadi di kampung-kampung di tanah air ya.. paling ga cap orang gila sah sudah.. Maka iman di dada, menjaga pandangan berperan penting untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan

Beradaptasi dengan musim

Nah selain hal-hal yang disebutkan di atas, yang ga kalah harus diantisipasi adalah kesiapan fisik untuk hidup di negara orang. Jangan hanya lihat yang kasat mata indahnya ya seperti salju yang wow.. bisa main lempar-lemparan bola salju dong.. atau musim gugur dimana dedaunan berwarna-warni ceria

Setiap fase musim ada kelebihan dan kekurangannya, yang tentunya di balik semua itu ada keberkahan yang luar biasa dari Sang Pencipta Maha Sempurna Allah SWT

 

Bagi pemula yang harus tinggal di negara empat musim, jangan abaikan fisik ini ya. Ada kalanya yang awalnya di tanah air sehat wal’afiat, sesampainya di negara Eropa langganan sakit setiap musim dingin. Jika memang tidak kuat menghadapi dingin yang menusuk tulang atau kita punya riwayat alergi terhadap dingin, cara paling mudah, murah dan ampuh adalah kuatkan tubuh dengan makan makanan bergizi, alami bukan awetan, banyak serat dan air seperti sayur dan buah-buahan. Minum tetap jangan lupa. Lalukan seperti yang berlaku di Eropa saat musim dingin, seperti melindungi tubuh dari atas kepala hingga ujung kaki atau hangatkan rumah dengan menggunakan pemanas ruangan. InsyaAllah membantu.

Nah, demikianlah pemirsa beberapa hal yang perlu disiapkan dari fisik hingga mental untuk tinggal di Eropa pertama kalinya biar ga kagetan. Semoga ada manfaatnya. Selamat bermukim di negara 4 musim 😊

Sampai berjumpa kembali

Schreibe einen Kommentar