Naschmarkt, Wina, Austria, pasar tradisional rasa internasional

Naschmarkt adalah pasar tradisional yang ada di kota Wina, yang terletak di Wienziele di atas sungai Wina, panjangnya sekitar 1,5 km. Wow.. panjang banget ya.. Siapkan fisik dan mental untuk mulai mengeksplor pasar paling terkenal di Austria ini, karena akan selalu ada yang memikat perhatian kita hingga akan terus mengeksplor lagi dan lagi.. hingga ga kerasa dah lebih dari 3 km berjalan kaki kalo dihitung bolak balik pp (pergi dan pulang) 😊 Akan banyak cerita menarik dan oleh-oleh yang juga di dapatkan. Sayang untuk dilewatkan..

Naschmarkt telah ada sejak abad ke-16. Wow… ternyata sudah lama juga ya 😊 Berawal dari saat sebagian besar botol susu dijual. Karena botol susu terbuat dari abu, yaitu kayu dari pohon Ash, atau bahasa Jermannya ‘Asch‘ (abu), maka pasar tradisional ini sempat dinamakan Aschenmarkt.

Para pedagang banyak membawa dagangannya ke sini, begitu juga para petani kota dan luar kota bahkan mereka yang datang dari belahan dunia lain dengan menggunakan angkutan laut yang terhubung dengan kerajaan Austria di masanya. Kemudian sejak tahun 1793, semua sayur dan buah yang dibawa ke Wina dengan gerobak harus dijual di sini, sementara barang yang tiba di Danube atau Donau dijual di tempat lain.

Pada awal abad ke-20, diperlukan relokasi karena ada pengaturan air di sungai Wina. Pasar bergerak sedikit ke arah utara dan barat ke rumah yang sekarang, yang dibangun di atas sungai itu sendiri dan diapit di antara kiri dan kanan jalan Wienzeile. Pasar dalam bentuknya sekarang ini merupakan perencanaan dari Otto Wagner dan dibuka pada tahun 1916. Pasar menyelesaikan perbaikan terbaru pada tahun 2015.

Saat ini, orang bisa membeli sayur mayur dan buah-buahan dari seluruh dunia termasuk dari wilayah tropis, ramuan eksotis, rempah-rempah, keju, buah-buahan kering, kacang-kacangan, keripik, berbagai macam buah zaitun dalm bentuk, warna serta rasa, hidangan manis seperti baklava, makanan yang dipanggang seperti roti, gulungan kaiser dan torte, daging dan makanan laut siap santap maupun masih dalam bentuk mentah dan segar dan lain-lain.

Ada juga kedai kecil atau restoran yang menjual makanan seperti sushi, kebab, makanan laut atau seafood, makanan tradisional Wina seperti Kaiserschmarm.

Beberapa toko dan kios menjual pakaian dan aksesorisnya dan pernak-pernik musim dingin seperti topi, syal atau pashmina. Kalo mau membeli pakaian dan pernak-pernik musim dingin termasuk pashmina, di sini juga tempatnya. Pas banget jualannya karena sekarang ini memasuki musim dingin.

Oh iya, stand atau kios-kios atau toko makanan dan warung baik yang di dalam maupun luar ruangan biasanya ditandai dengan nomor untuk memudahkan mencarinya. Maklum ya, pasar terlalu luas disamping hiruk pikuk dan sibuk dengan aktivitasnya. Misalkan untuk stand atau toko rempah-rempah. Tapi ane ga sempat merhatiin tuh saking semangatnya mengeksplor pasar, selain juga mengejar waktu karena sore cepat datang di musim dingin ini sedangkan kita datang dah menjelang siang 😊

Nah, sejak tahun 1977, pasar meluas lebih jauh sepanjang Wienziele ke daerah yang berdekatan, yang terletak di tepi barat daya pasar. Ini adalah pasar loak yang diadakan setiap hari Sabtu.

Saat kita keluar dari pintu gerbang stasiun U-Bahn Kettenbrückengasse, yang pertama kali dijumpai adalah pasar loak ini yang menjual berbagai macam barang loak layak pakai dari sepatu, baju, jaket hingga layak baca seperti buku-buku. Ada juga barang-barang antik, tas tangan, batu permata hingga barang pecah belah. Seneng banget akhirnya kita ke pasar Naschmarkt ini, meski yang pertama kali kita temui adalah pasar loak 😊

Pasar loak ini berupa lapak-lapak atau stand, kadang hanya berupa tenda payung. Tapi itu ga mengurangi antusiasme pengunjung. Pasar ini memiliki luas sekitar 7000 m² . Luas banget ya 😊 Setelah melihat-lihat sebentar, karena target ane sesungguhnya adalah produk segar seperti sayur mayur, buah-buahan dan seafood, kita lanjut lagi perjalanan.

Selanjutnya ada kerajinan dari anyaman di sini. Kalo mau membeli kerajianan tangan seperti anyam-anyaman keranjang, bahkan tas emak-emak untuk barang belanjaan biasa untuk dibawa ke pasar yang berwarna-warni ceria mencolok mata, Naschmarkt tempatnya. Jangan salah, ini bukan lagi di Indonesia ya.. ini di negara Eropa, tapi kok bisa ya kerajinan anyaman yang identik dengan kampung di tanah air kita bisa go internasional.. ke Wina lagi.. Itu dia! 😊 Sayangnya kita ga tanya berasal dari mana kerajianan cantik ini

Ane ga sabaran ingin melihat sayur mayur dan buah-buahan segar serta makanan laut atau seafood segar kesayangan ane. Tanya suami di mana lokasinya, ga tau juga karena baru pertama kali ini juga kemari 😊 Yuk lanjut lagi, ajak suami. Kita berjalan lagi menelusuri pasar ini yang ternyata ramai banget pemirsa 😊 Bener-bener pasar tradisional nih

Setelah beberapa lama berjalan dan mengamati, akhirnya ane berasa capek juga. Masih jauh ga? Belum apa-apa nih, kita baru 1 km berjalan. Hah.. capek deh. Akhirnya setelah melalui pasar loak dan berbagai kios lainnya, ketemu juga dengan sayur mayur dan buah-buahan segar. Senengnya ga kepalang.

Nah, berawal dari toko India. Toko India ini rada berbau Thailand, karena ada produknya berasal dari Thailand juga. Toko ini berada di dalam ruangan, tapi ada sampai keluar ruangan juga saking kecilnya toko namun barang jualan berlimpah. Namanya Ayurveda Naturkost yang bernomor 600. Di sini dijajakan segala pernak pernik dari India sekaligus Asia. Produk-produk segarnya terutama diimpor dari Thailand yang ditempatkan pada lemari pendingin, dari seafood hingga sayur mayur. Cobek dan ulekan dari segala bahan hingga bentuk dan ukuran juga ada di sini. Seperti biasa yang ane incar dan beli ga jauh-jauh dari tepung tapioka dan saos sambel. Haha.. Di luarnya ternyata kita ketemu sayur-mayur, buah-buahan dan rempah-rempah seperti laos dan sereh 😊

Semakin berjalan kita, semakin nampak lautan sayur dan buah 😊 Selain toko dan lapak India ini, terdapat juga stand atau toko atau warung sayur dan buah yang ga kalah menariknya pemirsa.

Memang benar pemirsa, kita akan dapati segala sayur mayur dari segala penjuru dunia. Sampai-sampai ane bingung yang mana harus didahulukan, memfoto sayur mayur ini atau membelinya karena banyak banget yang menarik perhatian ane, dari sayur mayur ala kampung halaman kita bahkan daun pisang pun ikut dijaja dengan harga yang mencekik leher saking mahalnya haha.. hingga brokoli seperti tudung tumpeng dari Italia 😊 Sementara kita maunya cepat dan berkejaran ma waktu. Karena mbah google bilang pukul 12.00 pasar ditutup. Eh, ternyata sampai lewat pukul 12.00 siang, belum ada tuh tanda-tanda tutup. Malah pengunjung makin ramai datang dan berdesak-desakan 😊 Aaaiihh senengnya.. makin lama nih kita eksplor pasar. Rezeki emang ga kemana 😊

Suami kadangkala bilang ayo cepat, tapi ane selalu menjawab sebentar bab dengan tetap fokus ke obyek yang ane temui. Kadang ane berhenti dan mengamati hasil temuan ane, yang pertama tentu saja nama dan harganya yang ditulis pake spidol atau kadang hanya dengan kapur tulis, yang tertera pada papan atau label kertas super mungil hingga kadang harganya kabur hampir ga kelihatan, harus pake kaca pembesar nampaknya 😊 bahkan ada yang hanya ditulis di kertas karton.

Kemudian selanjutnya ane akan menjamah hasil temuan ane, tentunya liat-liat penjual juga kali aja ada yang ga sudi jualannya dijamah-jamah 😊 Untungnya penjual di sini ramah dan bersahabat. Sepertinya mengerti ma orang kampung seperti ane yang gayanya seperti reporter ini, pake memfoto-foto segala. Eh, tapi demi mereka juga kan dapat promosi gratis, biar jualannya makin terkenal dan laris manis 😊

Ternyata yang bergaya norak ga hanya ane seorang. Banyak pengunjung dari berbagai negara selain dari Austria juga tumplek jadi satu di sini dengan caranya masing-masing. Umumnya pengunjung sama gayanya, ada yang hanya liat-liat, ada yang emang niat banget membeli dan makan di warung makan atau restoran, ada yang hanya tanya-tanya dengan ekspresi kekaguman karena banyak banget jualan yang kadang ga ada di negaranya. Akhirnya suami nampak mengikuti apa maunya ane. Ikut bantuin memfoto sementara ane memegang produk yang ane temui. Malah bilang kalo mau, beli aja 😊

Sayur mayur dan bumbu dapur yang masih segar utuh ala tanah air beta ada di sini.. seperti labu siam, laos seruas dua ruas jari jempol ane dihargai 2,5 Euro atau berkisar Rp.50.000. Cabe mak.. di supermarket langganan kita cukup Rp.220.000 sekilo, di sini hampir setengah juta sekilo. Nyengir ane dibuatnya haha.. Daripada ga ada cabe, karena di supermarket langganan kita lagi ga ada persediaan, ane belilah cabe kecil merah ini 😊

Mau buah tropis ada di sini, dari nanas, pepaya, manggis hingga belimbing manis, bahkan umbi-umbian seperti singkong pun tersedia, yang ga ane temui di kampung tempat ane tinggal di luar kota Wina 😊 Mau buah yang unik seperti buah naga juga ada, yaitu di stand nomor 609-610.

Setelah ane rasa cukup semuanya, dari mengamati, memfoto dan membeli di area sayur mayur dan buah-buahan ini, lanjut lagi kita berjalan. Kali ini ketemu toko makanan dan warung.

Nah, pasar tradisional ini memiliki dua gang utama, yang satu didominasi oleh restoran, yang lainnya lagi oleh toko makanan dan warung. Ada sekitar 120 kios berupa toko makanan dan warung dan lain-lainnya dan restoran di sekitarnya. Wah.. ternyata banyak banget, gimana mendatangi semuanya ya? 😊 Lanjut aja deh jalan terus ga usah banyak mikir, biar hemat waktu haha..

Toko makanan dan warung makanan menjual makanan dan bahan-bahan makanan, seperti makanan Ottoman hingga China. Ada deretan baklava yaitu filo pastri yang manis yang berasal dari Turki. Bumbu yang sudah digiling juga tersedia hingga yang berbentuk bubuk. Seperti kalo di tanah air kita ada bumbu giling siap pakai seperti bumbu rendang, nah kalo di sini contohnya seperti cabe giling atau chili hummus, basil giling atau basilikum hummus. Ane kira awalnya ini adalah es krim, karena warnanya yang merona dan halus haha.. Di sebelahnya terdapat cabe atau pfeferroni yang diisi dengan keju, begitu juga ada paprika diisi dengan keju dan bahan-bahan lainnya serba diisi dengan keju

Nah, untuk keju ini, terdapat lebih dari 200 jenis keju yang berbeda dari 15 negara ditempatkan di Käseland. Wow banyaknya 😊 Untuk rempah-rempah berada di stand 497 (Gewürzland) yang ditandai dengan peta rempah-rempah. Untuk acar seperti acar mentimun yang segentong isinya mari datangi stand 246-248 😊

Ada juga stand cemilan atau Nasch berupa buah-buahan kering dan kacang-kacangan hingga zaitun. Bahkan kita ikut ditawari mencicipi cemilan kacang, zaitun dan aneka buah kering lho. Kalo suka, ambil aja, jangan ditolak 😊

Cemilan berupa berbagai keripik pun turut meramaikan suasana, seperti keripik pisang. Ane tau ini keripik kesayangannya. Ane bilang ke suami, nih keripik ada juga di sini 😊

Bagi yang suka protein di sini juga tempatnya. Dari daging-daging hewan yang sudah dipotong-potong dan masih mentah siap masak hingga siap santap seperti aneka sosis, daging asap dan lain-lain.

Untuk seafood atau makanan laut ga kalah serunya pemirsa.. Lebih seru dari seafood di toko India yang sudah kita singgahi sebelumnya. Seperti biasa yang ane incar adalah seafood segarnya. Kali aja bisa dibawa balik ke rumah. Dari ikan laut, salmon organik, kepiting hingga lobster Argentina dengan cangkangnya yang menghunjam ke gunungan es, Tapi harganya itu mak.. mahal banget 😊 Ikan kembung sekilo hampir setengah juta rupiah, ikan kerisi Bali yang kalo di kampung halaman ane ikan kelas dua setelah ikan kerisi ini bahkan dihargai hampir 1 juta rupiah, sama dengan cumi-cumi. Wow.. mantap 😊 Ada lagi berbagai macam telur ikan.. yang paling mahal itu kaviar. Ini telur ikan taraf internasional, harganya nembus 6 juta rupiah sekilo.. Waahh..  Kalo telur ikan kampung halaman ane juga ga kalah enaknya, cukup 50 ribu rupiah aja sekilo. Ane bilang sama suami suka telur ikan ini 😊 Sama aja rasanya, ntar mudik kita puas-puasin makan seafood ya haha..

Di lokasi ini aroma seafood yang masak pun tercium semerbak. Bagi yang ga mau repot memasak lagi di rumah, tersedia seafood masak dengan segala macam olahan. Dari selera Asia, Mediterania hingga Barat. Jangan heran kalo nemu udang atau ikan salmon mentah menjadi isian sandwich bersama kawan-kawannya keju, sayur dan bawang bombay.

Restoran Rusia yang menjual aneka seafood juga ramai dikunjungi pengunjung. Harganya seporsi lumayan juga, mulai dari tiga ratusan ribu seporsi hingga jutaan rupiah, tergantung jenis seafoodnya. Bahkan kita bisa memilih dari ikan yang dipajang di lemari etalase setinggi 2 meter untuk dimasak.. Jadi ga hanya baju pengantin aja yang dipajang di etalase beginian ya 😊

Restoran di sini juga menawarkan berbagai kuliner dari berbagai bangsa, mulai dari seafood dan ikan laut tadi hingga piza dan kebab, mulai dari kuliner Wina sendiri, Rusia, Turki, India, Italia hingga negara-negara lainnya. Mau kebab ala hamburger atau sandwich yaitu Döner kebab juga ada di sini, di restoran Turki dijamin halal. Mulai dari makanan ringan seperti untuk sarapan hingga makanan berat seperti untuk makan siang. Kalo bosan makan roti, apalagi perut orang Asia seperti ane ya, di Naschmarkt ini adalah pilihan yang tepat.

Pengunjungnya ramai banget. Maklum kita datangnya di hari Sabtu di akhir pekan. Meja dan bangku di luar ruangan dari restoran dan warung makan kecil dan besar selalu penuh sesak. Pengunjung yang makan nampak menikmati banget hidangannya, ga peduli banyak orang yang berlalu lalang saking padatnya pengunjung. Kalo capek keliling mengitari pasar yang luas banget ini, bisa duduk istirahat sejenak di bangku-bangku yang tersedia, kalo masih kosong ya 😊 Kalo mau update status langsung atau siaran langsung bukan tunda via fb ke temen-temen dan pengikutnya juga bisa karena tersedia wifi gratis di sini. Hmm, cocok ni yang suka selfi dan update status 😊

Ane rasa ini adalah pasar tradisional rasa internasional, dari harga yang rata-rata mahal dan wah. Harganya bisa 50% dari harga yang dijual di supermarket langganan kita. Apalagi untuk produk luar yang memang langka di Austria.  Selain itu, dalam hal pengunjung, pasar tradisional Naschmarkt ini juga pemecah rekornya. Hampir seluruh suku bangsa ngumpul di sini. Ga hanya warga Austria juga yang kemari dengan antusiasme akan produk luar, begitu juga turis. Sama-sama antusias

Meski ramai banget, untuk kebersihan masih bisa dibilang terkendali untuk ukuran pasar tradisional. Begitu juga dengan masalah keamanan. Kita aman-aman aja di pasar ini. Tapi tetap harus wanti-wanti ya. Maklumlah namanya juga di keramaian..

Nah, bagaimana pemirsa. Tertarik mengunjungi tempat ini? Austria punya banyak cerita. Salah satunya Naschmarkt ini. Ga afdol rasanya ke Wina kalo ga ke pasar tradisional rasa internasional satu-satunya di Austria ini 😊

Kalo kebetulan pemirsa dolan-dolan Austria, silakan mampir kemari, bisa naik kereta api bawah tanah, tram, bus hingga mobil pribadi. Kita kemari dari stasiun U-Bahn Alte Donau hingga stasiun U4 warna hijau Kettenbürgengasse. Dari jalur lain juga bisa, dari stasiun U-Bahn U1, U2 atau U4 ke Karlsplatz kemudian berjalan kaki sebentar. Kalo mau jalan darat bisa naik tram 1 atau 62 ke Karlsplatz kemudian berjalan kaki sebentar. Atau naik bus 59A ke Bärenmühldurchgang atau Preßgasse, 4A ke Karlsplatz kemudian berjalan kaki singkat

Catet alamatnya ya : Naschmarkt, 1060 Wina

Nah, demikian cerita ane hari ini pemirsa. Semoga ada manfaatnya. Sampai ketemu di edisi selanjutnya 😊

Schreibe einen Kommentar