Zig zag menanjak 800 m menuju Dachstein, dari salju abadi hingga kodomo

Masih membahas Dachstein. Pada edisi sebelumnya ane dah bahas abis profil negara bagian/ propinsi Styria dan bezirk atau distrik atau kabupaten Liezen dimana Dachstein ini berada, begitu juga profil gemeindenya Ramsau am Dachstein.

Perjalanan kita dari rumah untuk sampai ke negara bagian Austria, Styria ini terutama bezirknya memakan waktu 1 jam. Untuk mencapai kawasan Dachsteinnya kita menempuh waktu 1 jam juga. Dan yang benar-benar ke lokasinya di stasiun Dachstein kita bermobil lagi lebih kurang 15 menit sejauh kira-kira 800 meter. Sampai di stasiun mobil kita parkir karena mobil ga mungkin lagi melanjutkan perjalanan karena ga ada akses jalan darat. Namanya juga nyebrang gunung ya..

Nah, sekarang ane mo cerita saat akhirnya kita sampai di kawasan pegunungan Dachstein. Lumayan perjalanannya makan waktu hampir sejam. Lama juga ya. Awalnya ane kira kita kesasar, abis ga sampai-sampai sih 😊Untuk memasuki area wisata ini kita musti membayar 5 Euro lagi di pintu perbatasan pada petugas. Di rambu peringatan tertulis kawasan ‘maut‘. Eh, beneran pake bahasa tanah air kita, maut 😊

Gimana perjalanan menuju stasiun ini lebih kurang 800 meter ke atas ini? Benar-benar petualangan seru karena kita menuju ke ketinggian lebih dari 1 km di atas permukaan laut. Dengan jalan tanjakan dan berkelok-kelok atau zig zag bule bilang, dengan kiri kanan juram, hmm.. jangan coba-coba yang amatiran nyetir kalo ga mau celaka. Ngeri-ngeri manja ane membayangkan perjalanan ini, meski bukan ane yang nyetir, ane hanya duduk manis sambil berinteraksi ma hp buat mengabadikan momen ini 😊 Ngeri karena menantang maut, manja karena panoramanya yang indah bikin bening mata memandang 😊 Suara radio dari mobil yang emang sengaja dihidupkan turut menambah suasana nano nano di sini.

Di sisi kiri kanan sama-sama cantik. Salju masih betah di sini. Menurut hukum alam, salju yang berada di atas ketinggian begini akan abadi, selalu ada sepanjang tahun, meski ada sinar matahari dan musim dingin telah berlalu. Tapi ada juga sebagian salju yang mencair, membuat genangan air yang kadang menetap, ada juga mengalir menuju ke arah yang lebih rendah. Aliran sungai dengan gemericik suaranya menambah syahdu keadaan di sini. Meski tanaman di sini masih meranggas, dan ada sebagian yang mulai tumbuh sedikit-sedikit daun, menggeliat bangun dari tidur panjangnya, ga mengurangi pesona kecantikan kawasan ini.. Pohon yang bertahan adalah pohon cemara yang selalu hijau sepanjang masa. Nah, yang semangat hidup itu sejenis semak-semak dan rerumputan liar dengan bunga-bunganya yang khas dan cantik, kuning, putih dan ungu.

Nah, sebelum sampai ke stasiun yang akan membawa kita ke gunung Dachstein, kita mampir dulu ke salah satu area yang hanya beberapa meter persegi luasnya. Sebelumnya kita ga nemu area begini karena hanya jalan  aja sepanjang perjalanan. Ada satu rumah ala kampung dan hotel lumayan besar. Wow, amazing. Benar-benar pemandangan indah. MasyaAllah. Serasa masih di musim dingin aja. Untung ya kita pake jaket tebal. Sebelumnya suami dah nelpon dulu pihak stasiun, buka stasiunnya jam berapa dan dijawab pihak stasiun dengan tambahan info penting harus pake jaket.

Kebayang ga berhadapan dengan dinding gunung yang tinggi menjulang hanya beberapa meter dihadapan kita, dengan saljunya yang diterpa terik sinar matahari dengan suhu minus di bawah 0° C? Bener-bener pengalaman pertama ane 😊 Suami yang biasanya kalem tumben kali  ini pertahanannya ambrol ikut berfoto ria juga. Gimana ga terpesona dengan kecantikan alami panorama di sini. Dari sisi kanan terdapat hamparan salju dengan patung mainan anak-anak warna hijau setinggi 2 meter, sekilas mirip kodomo jaman masih imut-imut dulu. Tapi ga mungkin kali ya kodomo di sini, Dinasous mungkin lebih tepatnya. Hhhh.. Begitu juga di belakang kita hamparan salju dengan latar belakang jurang yang dalam dan pepohonannya baik yang meranggas maupun yang berwarna hijau, yaitu cemara.

Puas menjelajah area ini sambil cuci mata dan berfoto ria, kita lanjutkan lagi perjalanana bermobil dengan jalan masih menanjak. Harus kuat juga nih tenaga buat nyetirnya, karena kita melawan arus. Setelah berkelok kelok kian kemari akhirnya sampai juga kita di area stasiun. Di sini kita parkir mobil. Ada beberapa mobil yang juga ikut diparkir. Suasananya ga begitu ramai, malah terkesan sepi.  Untung ditolong beberapa hotel dan resto gaya klasik sedikit meramaikan dan mempercantik suasana. Dari tempat parkir ke stasiun pertama ini hanya 3 menit jalan kaki.

Stasiun pertama di lembah ini yang disebut juga valley stasiun, Tßrwandhßtte memiliki ketinggian 1702 m di atas permukaan laut. Dari stasiun inilah nantinya kita naik gondola menuju stasiun gunung dimana kita bisa sky walk dan melihat hamparan gletser salju dan menyebrang ke seberang gunung dengan sebuah  jembatan.

Nah, penasaran kan.. Yuk ikuti perjalanan kita selanjutnya. Untuk saat ini nikmati aja foto-foto cantik yang sempat ane abadikan sepanjang perjalanan. Warnanya ikut-ikutan klasik juga, rada hitam putih abu-abu. Terbawa suasana kali. Harap maklum juga ya hasil jepretan fotografer amatir 🙂

 

 

Schreibe einen Kommentar